A.
Latar
Belakang
Psikodiagnostik
adalah suatu bidang khusus dalam psikologi yang juga merupakan kekhasan dan
profesi psikologi. Psikodiagnostik berarti memberikan kesimpulan tentang
keadaan psikis berdasarkan gejala – gejala yang nampak. Ini adalah arti umum
dari istilah Psikodiagnostik atau psikodiagnosis.
Arti
sempit dari psikodiagnostik yakni menyimpulkan adanya gangguan berdasarkan
gejala psikis yang terlihat. Dimana psikodiagnostik dikaitkan dengan penggunaan
tes dan membuat diagnosis tentang ada tidaknya suatu gangguan. Ada juga
arti psikoidagnostik yang luas yakni seperti yang dikemukakan oleh Levy.
Psikodiagnostik adalah semua usaha untuk mengungkapkan struktur psikis
seseorang melalui metode – metode yang tersedia. Dimana psikodiagnostik tidak
dihubungkan dengan pemeriksaan ada tidaknya gangguan jiwa, dan juga tidak
membatasi diri pada penggunaan test.
Tes
merupakan salah satu cara untuk mendapatkan informasi tentang tingkah laku atau
hasil belajar siswa (Elliott, 1999). Tes Psikologi merupakan prosedur dalam
assesment karakteristik psikologi dimana sample tingkah laku testee didapatkan,
diskor dan dievaluasi dengan prosedur yang terstandar (Cohen dan Swerdllk,
2005).
Kelebihan
tes diantaranya adalah atribut psikologis dalam tes dapat didiskripsikan dengan
jelas dan tepat, dalam pendekatan ini ilmuan dipaksa mengukuti tata pikir dan
tata kerja yang tertib, konsisten dan terbuka. Hal ini diperlukan untuk
memajukan ilmu pengetahuan., analisis tes dilakukan secara matematis
(statistik), yang dalam ilmu pengetahuan diakui sebagai metode yang sangat kuat
(powerful)., Pendekatan kuantitatif itu memungkinkan ilmuan membuat prediksi.,
Dengan pendekatan kuantitatif maka derajad komunikabilitasnya menjadi tinggi.
Tes
psikodiagnostik terbagi menjadi dua yaitu tes individu dan tes kelompok. Tes
individual mencakup tes kepribadian Rorschach, TAT (Thematic Apperception Test), tes intelegensi WAIS (Wechsler Adult Intellegence Scale), WISC
(Wechsler Intellegence Scale for Children),
tes intelegensi Stanford Binet dan Skala Kaufman sedangkan tes kelompok
Multidimensional Aptitude Battery II, Tes Kemampuan Kognitif (CogAT – Cognitive
Abilitiy Test), Culture Fair
Intelligence Test (CFIT), Matriks Progresif Raven (RPM), Tes EPPS (Edward Personality Preference Schedule),
dan PAPI (The Personality Preference
Inventory).
A.
Pengertian
Tes Individu dan Kelompok
Tes
Individu pada dasarnya memiliki beberapa jenis – jenis tes yang mencakup
pada individual, dianatara lain tes kepribadian, tes intelegensi, tes
kemampuan, dan lain-lain. Semua tes menggambarkan karakteristik seseorang dalam
berbagai aspek yang diukur melalui tes yang dinginkan dari salah satu jenis tes
individual (Anastasi dan Urbina, 1997).
Tes
individu disebut juga dengan tes
yang diberikan perorangan yaitu tester berhadapan dengan orang yang di tes (testee). Tes Kelompok adalah tes yang
digunakan terutama dalam bidang pendidikan, pegawai negeri, industri, dan
dinas militer.
Tidak
ada pendekatan tunggal dalam pengukuran. Perbedaan teori dapat menyebabkan pula
perbedaan objek ukur dikarenakan perilaku manusia yang tidak terbatas,
permasalahan pengambilan sampel perilaku, adanya unsur eror dalam pengukuran,
permasalahan konsistensi dan ketepatan pengukuran, satuan dalam pengukuran,
permasalahan interpretasi hasil pengukuran, hubungan dengan konstrak lain dan
hasil pengukuran dikaitkan dengan fenomena lain yang dapat diamati.
Perbedaan
antara tes individu dan kelompok diantaranya :
1. Dalam
hal bentuk maupun susunan butir soal (item).
2. Pertanyaan-pertanyaan
terbuka (open-ended) yang mengundang tanggapan bebas dapat digunakan, dan
digunakan dalam tes-tes kelompok awal, dewasa ini tes
khusus menggunakan butir soal multi pilihan.
3. Perubahan
ini dituntut demi keseragamaan dan obyektivitas skoring.
4. Kontrol
atas kesulitan soal.
5. Pemberian
skor objektif dengan menggunakan program.
Beberapa keuntungan dan kerugian tes Individu
diantaranya:
a. Keuntungan
tes Individu
1.
Tester dapat melakukan observasi yang
mendalam terhadap testee.
2.
Lebih mendalam mengetahui karakter
spesifik individu.
3.
Isi atau konten pertanyaan lebih
spesifik dan mendalam.
b. Kerugian
tes Individu
1.
Memerlukan waktu yang lebih banyak
dibandingkan tes kelompok.
2.
Hasil tes bersifat spesifik pada
individu tertentu dan tidak bisa digeneralisasikan kepada individu lain.
Beberapa
keuntungan dan kerugian tes kelompok adalah:
a.
Keuntungan Tes Kelompok
1. Alat
ini dirancang untuk testing massal.
2. Diselenggarakan
secara simultan bagi banyak mungkin orang yang benar-benar bisa disesuaikan
dengan ruang yang tersedia dan jangkauan suara mikrofon.
3. Soal-soal
yang dicetak dan jawaban-jawaban sederhana yang dapat direkam pada sebuah brosur
tes atau lembaran jawaban, atau pada sebuah komputer, hubungan orang perorang
antara penguji dan peserta tes bisa diabaikan.
4. Waktu
testing yang tersedia dapat digunakan lebih efektif jika setiap peserta tes
berkonsentrasi kepada soal-soal yang sesuai kemampuannya.
b.
Kerugian Tes Kelompok
1.
Penguji memiliki peluang yang jauh lebih
kecil untuk behubungan, bekerjasama, dan mempertahankan minat peserta tes.
2.
Kondisi peserta sakit, lelah, riasu,
cemas yang bis mempengaruhi kinerja tes kurang didektesi dalm testing kelompok
dibandingkan testing individual.
3.
Tes diselenggarakan karena
keterbatasan-keterbatasan yang diberikan pada jawaban- jawaban peserta.
4.
Observasi kurang mendalam kepada setiap
individu.
B.
Jenis
– Jenis Tes
1.
Tes
Individu
a.
Tes
Intelegensi
·
Stanford
Binet
Digunakan untuk anak-anak yang
berusia 2 tahun sampai dengan orang dewasa yang berusia 85 tahun keatas.
Tes-tes dalam skala ini dikelompokkan menurut berbagai level usia mulai dari
Usia-II sampai dengan Usia Dewasa-Superior. Diantara Usia-II dan Usia-V, tesnya
meningkat dengan interval setengah tahunan, sedangkan diantara Usia-V dan
Usia-XIV, level usia mengingkat dengan interval satu tahunan. Level-level
selanjutnya dimaksudkan sebagai level Dewasa-Rata-rata dan level
Dewasa-Superior I, II, dan III.
Setiap level usia dalam skala ini
berisi enam tes, kecuali untuk level Dewasa-Rata-rata yang berisi delapan tes.
Dalam masing-masing tes untuk setiap level usia terisi soal-soal dengan taraf
kesukaran yang tidak jauh berbeda. Berdasarkan perbedaan taraf kesukaran yang
kecil itulah disusun urutan soal dari yang paling mudah sampai yang paling
sukar.
Skala Stanford-Binet dilaksanakan
secara individual dan soal-soalnya diberikan secara lisan oleh pemberi tes.
Penyajian tesnya sendiri mengandung kerumitan yang spesifik bagi masing-masing
individu yang dites. Tidak ada individu yang dikenai semua soal dalam tes
karena setiap subjek hanya diberikan soal dalam tes yang berada dalam cakupan
level usia yang sesuai dengan level intelektualnya masing-masing.
Untuk memperoleh angka IQ skor pada
skala Stanford-binet diubah atau dikonversikan dengan bantuan suatu tabel
konversi. IQ yang dihasilkan oleh skala ini merupakan IQ-deviasi yang mempunyai
rata-rata (mean) sebesar 100 dan deviasi SD sebesar 16. Versi terbaru skala
Stanford-Binet diterbitkan pada tahun 1986. Terbitan terbaru Stanford-Binet: edisi kelima (SB5)
menggarisbawahi pemisahan intelegensi menjadi lima faktor dan dua bidang
(verbal dan non verbal) sehingga menghasilkan 10 subtes. Kelima faktor tersebut
adalah: Fluid Reasoning, Pengetahuan, Penalaran Kuantitatif (tes
kuantitatif, rangkaian angka), Penalaran
Visual-Spasial (melipat kertas, mengkopi), Working Memory (memori
kalimat, memori sajian urutan benda).
·
Skala
Kaufman
Terdapat 2 jenis yaitu:
Kaufman
Assessment Battery for Children (K-ABC)
Tes ini
diciptakan oleh Alan S. Kaufman dan Nadeen L. Kaufman dari the University of
Alabama.
Skala-skala
inteligensi dalam baterai (rangkaian) ini adalah Sequal Processing Scale dan
Simulation Processing Scale. Sequal Processing Scale yaitu skala yang
mengungkap abilitas atau kemampuan untuk memecahkan permasalahan secara
bertahap dengan penekanan pada hubungan serial atau hubungan temporal diantara
stimulus. Stimulus ini, baik verbal maupun visual harus ditangni secara
berurutan agar tercapai performansi yang optimal. Dalam K-ABC kemampuan ini
diungkap antara lain oleh subtes Word Order dimana subjek harus menunjuk pada
bayangan gambar dalam urutan sama dengan urutan nama yang disebut oleh penguji.
Simulation
Processing Scale yaitu skala yang bertujuan mengungkap kemampuan anak dalam
memecahkan permasalahan dengan cara mengorganisasikan dan memadukan banyak
stimuli sekaligus dalam waktu yang sama. Permasalahan yang diajukan sering kali
bersifat analogi atau mengandung aspek spasial. Baik berwujud perseptual maupun
berujud konseptual, stimulusnya menghendaki pengerahan daya sintesis simultan
agar tercapai penyelesaian yang benar. Dalam K-ABC, stimulus bentuk ini
mencakup tugas pengenalan bercak tinta yang disajikan separuh selesai (Gestalt
Completion) dan analogi visual yang umumnya abstrak (Matrix Analogies). Baterai
(rangkaian) dalam skala ini juga menyajikan kombinasi Sequantial dan
Simultaneous Processing yang masing-masing disebut Mental Processing Composite
Scale, Achievement Scale, dan non-Verbal Scale. Skor pada kesemua skala dalam
K-ABC memiliki mean 100 dan unit SD sebesar 15 agar dapat dibandingkan langsung
satu sama lain dan dengan ukuran inteligensi lain.
Tes ini dilaksanakan secara individual untuk
anak-anak dan remaja untuk usia 3-18. tujuannya yaitu untuk mengurangi perbedaan skor
antara anak-anak dari kelompok etnis dan budaya yang berbeda.
Kaufman Brief Intelligence (K-BIT)
Tes penyaringan intelegensi umum
standar yang baru-baru ini dipublikasikan dalam bentuk edisi kedua yaitu KBIT-2
yang terdiri dari
o skala Crystallized atau verbal yang memiliki dua
jenis soal (pengetahuan verbal dan teka-teki)
o skala non verbal atau Fluid yang mencakup soal-soal
matriks.
KBIT-2 dilaksanakan untuk peserta
berusia 4-90 tahun dan dalam waktu kurang lebih 20 menit.
·
Wechsler Adult Intellegence Scale (WAIS)
Skala Weschler pertama kali diterbitkan pada tahun
1939 dengan nama Weschler-Bellevue (W-B). Sasaran utama test ini adalah untuk
menyediakan test intelegensi bagi orang dewasa. Test ini dirancang untuk
anak-anak sekolah dan diadaptasikan untuk orang dewasa dengan menambahkan
beberapa soal yang lebih sulit.
WAIS telah mengalami revisi, dan diberi nama Weschler
Adult Scale-Revised (WAIS-R) yang mencakup jangkauan umur 16 sampai 74 tahun.
Sebagaimana versi WAIS sebelumnya, WAIS-R terdiri dari skala Verbal dan skala
Performansi. Kedua skala tersebtu masing-masing menghasilkan IQ-verbal dan
IQ-performansi, sedangkan kombinasi keduanya menjadi dasar untuk perhitungan IQ
deviasi sebagai IQ keseluruhan. Masing-masing test memiliki minimal 5 subtes
dan maksimal 7 subtes. Secara lebih terperinci, isi masing-masing subtes dalam
skala Verbal, yaitu subtes Informasi, berisi 29 pertanyaan mengenai pengetahuan
umum yang dianggap dapat diperoleh oleh setiap orang dimana ia berada.
Soal-soal dalam setiap subtes dirancang sesuai dengan
tujuan penggunaan skala ini, yaitu sebagia ukuran inteligensi orang dewasa yang
dimaksudkan untuk digunakan pada subjek yang berusia antara 16 sampai dengan 64
tahun. Dalam memberikan skor untuk subtes Hitungan, Simbol Perakitan Angka,
Rancangan Balok, Susunan Gambar, dan Perakitan Objek, kebenaran jawaban dan kecepatan
menjawab sangat diperhitungkan. Jawaban yang benar akan tetapi diberikan
setelah batas waktu yang dibolehkan tidak akan mendapat skor. Semakin cepat
penyelesaian diberikan, skornya akan semakin tinggi.
·
WISC (Wechsler Intellegence Scale
for Children)
Revisi skala WISC yang dinamai
WISC-R diterbitkan tahun 1974 dan dimaksudkan untuk mengukur inteligensi
anak-anak usia 6 sampai dengan 16 tahun. WISC-R terdiri atas 12 subtes yang dua
diantaranya digunakan hanya sebagai persediaan apabila diperlukan penggantian
subtes. Keduabelas subtes tersebut dikelompokkan menjadi dua golongan, yaitu
skala Verbal (verbal) yang terdiri dari information (informasi), comprehension
(pemahaman), arithmetic (hitungan), similiarites (kesamaan), vocabulary
(kosakata), dan digit span (rentang angka). Golongan kedua adalah skala
performansi (performance) yang terdiri dari picture completion (kelengkapan
gambar), picture arrangement (susunan gambar), block design (rancangan balok),
object assembly (perakitan objek), coding (sandi), mazes (taman sesat).
Melalui prosedur pemberian skor yang
telah ditentukan, setiap subjek akan memperoleh skor pada masing-masing subtes.
Skor tersebut kemudian diterjemahkan ke dalam bentuk angka standar melalui
tabel norma sehingga akhirnya diperoleh suatu angka IQ –deviasi untuk skala
verbal, satu angka IQ-deviasi untuk skala verbal dan satu angka IQ-deviasi
untuk skala performansi, dan satu angka IQ-deviasi untuk keseluruhan skala.
b.
Tes Inventori
·
Rorschach
Dalam tes ini, klien diperlihatkan
sepuluh kartu dengan bentuk ambigu hasil dari cipratan tinta yang hampir
simetris. 5 kartu berwarna hitam, putih dan abu-abu yang berbayang, sedangkan 5
kartu lainnya memiliki warna. Tes ini mengevaluasi emosi-emosi yang dialami
klien dalam hidupnya, tingkat intelektual dan membantu menjelaskan
komponen-komponen kepribadian seseorang.
Dasar
Pemikiran Tes Rorschach:
o
Asumsi, ada hubungan antara persepsi dengan
kepribadian.
o
Bercak
tinta, ambigous
dan unstructure, yaitu persepsi personal, spontan dan tidak dipelajari.
o
Tujuan
utama, mendeskripsikan
kepribadian seseorang secara keseluruhan (Gestalt).
·
Hematic Apperception Test (TAT)
TAT
didasarkan pada teori kebutuhan Murray yang melihat bahwa perilaku manusia
didorong oleh motivasi internal dan eksternal, sedangkan lingkungan dipandang
sebagai press (tekanan) yang mempengaruhi dorongan tersebut. Keduanya akan
membentuk suatu interaksi antara kebutuhan dan lingkungan yang disebut sebagai
tema. Kesatuan tema merupakan kesatuan interaksi itu yang terbentuk sejak jaman
kanak-kanak tanpa disadari, dan ini merupakan kunci dari suatu perilaku unik
(khas) seseorang.
Dikenal sebagai teknik interpretasi
gambar karena menggunakan rangkaian standar provokatif berupa gambar yang
ambigu dan klien yang harus menceritakan sebuah cerita dari gambar yang
tertera. Tugas klien adalah menceritakan apa yang sedang terjadi saat ini,
sebelumnya (situasi apa yang menimbulkan peristiwa saat ini), bagaimana pikiran
dan perasaan tokoh-tokoh yang ada dalam cerita, dan bagaimana akhir dari cerita
yang dibuat klien.
Metode
dengan menggunakan kartu bergambar seukuran 4 X 6 inchi. Diberikan masing –
masing, pria dan wanita, 5 jenis kartu yang berbeda dan 1 kartu kosong.
Manfaat TAT:
TAT berguna dalam mempelajari secara
keseluruhan kepribadian seseorang, sehingga dapat menginterpretasi tingkah laku
abnormal, penyakit psikosomatis, neurose. Manfaat khusus TAT, Sebagai
pendahuluan interview therapi dan merupakan langkah pertama dalam psikoanalisa.
2.
Tes Kelompok
a.
Tes Intelegensi
·
IST (Intelligentz Struktur Test)
Tes ini
terdiri dari bagian-bagian yang saling berhubungan secara struktur, dimana dari
struktur tersebut menggambarkan pola kerja tertentu. Tes ini cocok untuk
digunakan dalam memahami diri dan pengembangan pribadi, merencanakan pendidikan
dan karir serta membantu dalam pengambilan keputusan hidup seseorang.
Terdiri dari
9 subtes yang keseluruhannya berjumlah 176 item. Masing-masing subtes memiliki
batas waktu yang berbeda-beda dan diadministrasikan dengan menggunakan manual (Polhaupessy,
dalam Diktat Kuliah IST UNPAD, 2009).
Setelah
didapatkan Standardized Score, maka tahap interpretasi dapat dilakukan.
Kesembilan subtes saling berkaitan, sehingga harus dilakukan semuanya dan
interpretasinya harus dilakukan secara keseluruhan (Amthauer dalam Diktat
Kuliah IST UNPAD, 2009).
·
CFIT (Culture Fair Intellegence Test)
Tes yang
dikembangkan oleh R.B. Cattel pada tahun 1920, pernah melakukan beberapa kali
revisi untuk meningkatkan validitas. Pada tahun 1949, skala yang digunakan tes
ini mengalami perubahan. Sejak itu skala tes yang ada dipakai hingga sekarang.
CFIT mengukur inteligensi individu dalam suatu cara
yang direncanakan untuk
mengurangi
pengaruh kecakapan verbal, iklim kebudayaan dan tingkat pendidikan (Cattell
dalam Kumara, 1989). Alasannya yaitu perbedaan kebudayaan dapat mempengaruhi
performance test (hasil), sehingga dikembangkan tes yang adil budaya (culture
fair) antara lain CFIT.
·
Multidimensional Aptitude Battery II
(MAB-II)
MAB dirancang setara WAIS-R dan
untuk menghasilkan skor-skor IQ dengan sifat-sifat psikometrik yang sama dengan
yang terdapat pada WAIS-R.
Untuk peserta tes usia 16-74 tahun.
MAB-II menghasilkan 10 skor subtes, serta IQ verbal, kinerja, dan skala penuh.
·
Tes Kemampuan Kognitif (CogAT –
Cognitive Abilitiy Test)
CogAT merupakan salah satu tes
kombinasi terbaik berbasis sekolah yang digunakan saat ini (Lohman & Hagen,
2001).
Sembilan subtes CogAT mencakup Tes
Kombinasi Verbal, Tes Kombinasi Kuantitatif, dan Tes Kombinasi Nonverbal.
·
Matriks Progresif Raven (RPM)
Merupakan tes nonverbal penalaran
induktif yang di dasarkan pada stimuli ber-gambar. RPM bermanfaat sebagai
pengujian tambahan untuk orang-orang yang memiliki kelemahan pendengaran,
bahasa, dan fisik.
b.
Tes Inventory
·
PAPI (The Personality Preference Inventory)
Tes PAPI Kostik di buat oleh Guru
Besar Psikologi Industri asal Massachusetts, Amerika, Dr. Max Martin Kostick,
pada awal tahun 1960. PAPI Kostick mengukur dinamika kepribadian
(psychodynamics) dengan memperhatikan keterkaitan dunia sekitarnya(environment)
termasuk perilaku dan nilai perusahaan(values) yang diterapkan dalam suatu
perusahaan atau situasi kerja dalam bentuk motif (need) dan standar gaya
perilaku menurut persepsi kandidat (role) yang terekam saat psikotest.
Secara singkat, PAPI Kostick merupakan laporan inventori kepribadian (self
report inventory), terdiri atas 90 pasangan pernyataan pendek berhubungan dalam
situasi kerja, yang menyangkut 20 aspek keribadian yang dikelompokkan dalam 7
bidang: kepemimpinan (leadership), arah kerja (work direction), aktivitas kerja
(activity), relasi social (social nature), gaya bekerja (work style), sifat
temperamen (temperament), dan posisi atasan-bawahan (followership).
·
DISC (Dominant, Influencing,
Steadiness , Conscientiousness)
Sebuah alat untuk memahami tipe-tipe
perilaku dan gaya kepribadian, pertama kali dikembangkan oleh William Moulton
Marston. Dalam penerapannya di dunia bisnis dan usaha, alat ini telah membuka
wawasan dan pemikiran, baik secara profesional maupun secara personal. Seperti
umumnya alat-alat tes sejenis (termasuk IQ tes), DISC pertama kali digunakan
untuk kepentingan militer dan secara luas digunakan sebagai bagian dalam proses
penerimaan tentara AS pada tahun-tahun menjelang Perang Dunia II. Setelah
keandalannya terbukti, kemudian DISC secara bertahap dipakai untuk kepentingan
rekrutmen yang lebih umum.
Sistem
DISC
DISC personality system merupakan
bahasa universal mengenai perilaku. Penelitian mengelompokkan karakteristik
perilaku dalam empat bagian utama yang disebut sebagai gaya kepribadian. Orang
dengan gaya yang serupa cenderung menampilkan ciri perilaku yang mirip. Setiap
individu memiliki keempat gaya ini, akan tetapi bervariasi menurut
intensitasnya. DISC merupakan akronim 4 tipe kepribadian yang berarti Dominant
(D), Influencing (I), Steadiness (S), Conscientiousness (C).
·
EPPS
Tes EPPS (Edward Personality
Preference Schedule) merupakan tes kepribadian yang mengukur tingkat
kepribadian seseorang. Tes ini dikembangkan menurut teori kepribadian H. A
Murray, yang mencakup 15 kebutuhan yang harus dimiliki manusia.
EPPS umumnya dikategorikan sebagai
power tes yaitu tes yang tidak dibatasi waktu dalam pengerjaannya. Jadi,
penekanannya pada penyelesaian tugas bukan waktunya. Dalam mengerjakan tes EPPS
semua item harus dijawab, apabila ada satu item saja yang terlewatkan maka
interpretasi secara akurat tidak dapat dilakukan. Tes EPPS dapat diberikan
secara individual maupun klasikal. Latar belakang awalnya adalah untuk
konseling dan orientasinya adalah untuk orang-orang yang normal (Karmiyati
& Suryaningrum, 2005).
Tes EPPS bertujuan untuk mengungkap
15 need yang ada pada diri seseorang. Bentuk tes EPPS berupa pasangan-pasangan
pernyataan berjumlah 225 pasang. Tugas subyek adalah memilih satu pernyataan
dari pasangan-pasangan pernyataan yang disajikan yang cocok atau sesuai dengan
dirinya. Dari 225 pasang pernyataan ada 15 pasang yang sama. Tujuannya adalah
untuk mengetahui kesungguhan atau konsistensi subyek dalam mengerjakan tes.
Apabila konsisten dapat dikatakan bahwa subyek bersungguh-sungguh dalam
mengerjakan tes dan menjadi valid untuk diskor. Standar konsistensi pengerjaan
EPPS adalah 14, namun di Indonesia konsistensi 9 sudah dapat dikatakan valid
untuk diskor (Karmiyati & Suryaningrum, 2005).
Kesimpulan
Kesimpulan dari makalah ini adalah
1. Tes
individu disebut juga dengan tes
yang diberikan perorangan yaitu tester berhadapan dengan orang yang di tes (testee).
2. Tes
Kelompok adalah tes yang digunakan terutama dalam bidang pendidikan,
pegawai negeri, industri, dan dinas militer.
3. Tes
individual mencakup tes kepribadian Rorschach, TAT (Thematic Apperception Test), tes intelegensi WAIS (Wechsler Adult Intellegence Scale), WISC
(Wechsler Intellegence Scale for Children),
tes intelegensi Stanford Binet dan Skala Kaufman.
4. Tes
kelompok Multidimensional Aptitude Battery II, Tes Kemampuan Kognitif (CogAT –
Cognitive Abilitiy Test), Culture Fair
Intelligence Test (CFIT), Matriks Progresif Raven (RPM), Tes EPPS (Edward Personality Preference Schedule),
dan PAPI (The Personality Preference
Inventory)
DAFTAR
PUSTAKA
Anastasi, A & Urbina,
S (2007). Tes Psikologi, Edisi Ketujuh (Terjemahan). Jakarta :
PT Indeks.
Markam,S
Suprati (1997). Kapita Selekta Psikodiagnostik, Jakarta :
Lembaga Pengembangan Sarana Pengukuran dan Pendidikan Psikologi (LPSP3) UI
Fakultas Psikologi Universitas Indonesia
Gregory, Robert.J. (2004). Psychological
Testing: History, Principles and Applications. USA: Pearson
Education Group, Inc.
Kaplan, Robert. M & Saccuzzo,
Dennis.P. (2013). Psychological Testing. USA: Wadsworth.
Komentar
Posting Komentar